Minggu, 22 April 2012

Konsep TARBIYAH Akhlak dalam Al-Quran

Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy

C. Konsep tarbiyyah yang indah dalam Al Quran

Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan nikmat-Nya kepada kita semua. Maha suci Engkau ya Allah, bagi-Mu segala puji sebagaimana Engkau memuji diri-Mu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya.

Sesungguhnya konsep pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah kita masih merupakan hasil penggabungan teori-teori pendidikan asing yang kita ambil secara bulat, lalu kita bahasakan dengan bahasa arab yang jelas atau pun yang tidak jelas, tanpa memperhatikan perbedaan yang menganga antara tabiat kejiwaan bangsa asing yang merupakan cikal bakal lahirnya teori-teori pendidikan itu dengan tabiat keIslaman yang telah tumbuh mendarah daging dalam diri kita, terlepas dari kuat dan lemahnya tabiat ini dalam diri kita.

Kita tahu bahwa di samping konsep pendidikan memiliki pengaruh pada metode belajar dan prilaku, dalam proses kelahirannya ia juga terpengaruh oleh kondisi lingkungan, budaya, filosofis dan metode belajar. Karenanya konsep pendidikan ini sesuai dengan lingkungan di mana konsep ini tumbuh dan berdialektika. Adalah sebuah kebodohan nyata ketika kita menganggap bahwa ketika konsep ini memiliki kecocokan dengan konsep berpikir dan kejiwaan masyarakat di mana ia lahir, lalu kita jadikan tolok ukur kesesuaiannya dengan konsep berpikir dan kejiwaan masyarakat yang lain, dengan menerapkan semua aturan dan logika berpikir ilmiahnya.

Sebagai contoh, agama dalam pandangan masyarakat barat adalah hanya sekedar luapan perasaan dan emosi semata, karenanya konsep pendidikan agamanya hanya sekedar menggugah membangun perasaan dan emosi semata, seringkali diungkapan dengan bahasa bias bersayap dan jauh dari logika berpikir ilmiah dan akal sehat. Karena itulah agama dalam masyarakat barat hanyalah fenomena sosial semata.

Padahal dalam pandangan kita, keyakinan agama itu dibangun di atas logika berfikir yang kokoh, tidak mungkin kita memahaminya kecuali dengan melibatkan seluruh potensi logika dan nalar kita. Seandainya kita pakai konsep pendidikan agama mereka yang hanya berdasar pada gerak emosi dan fenomena sosial semata dalam konsep pendidikan agama kita, maka yang terjadi adalah kegagalan dan tidak ada satu pun tujuan pendidikan yang akan kita capai. Kita semua tahu, kerangka umum memakai konsep pendidikan agama kita diadopsi dari prinsip dan metode pendidikan agama barat.

Aqidah dalam pandangan teori filsafat dan pendidikan barat yang terbaru, harus tumbuh dari keinginan dan mengikuti kemauan. Sementara kemauan terhadap sesuatu, yang tidak muncul kecuali karena ada tujuan, adalah yang menumbuhkan dalam akal, bangunan keyakinan akan alam semesta dan keberadaannya sesuai dengan kemauan dan selera mereka. Dan di atas konsep pendidikan ini akal meretas jalannya menuju bangunan ideologi.

Sementara Aqidah dalam pandangan Islam adalah dasar utama bagi setiap kemauan dan keinginan anak manusia, tidak lah keinginan dan kemauan itu mengarah kecuali sesuai dengan yang telah digariskan oleh Aqidah. Karena itulah semua keinginan dan kemauan itu bertolak dari nol, tidak ada yang mengawalnya kecuali akal dan logika, namun dengan syarat keduanya jernih dan sehat. Di atas konsep pendidikan ini, Aqidah kita meretas jalan kepada kebebasan dan kemerdekaan.

Sekalipun begitu, kita tetap mengadopsi konsep pendidikan yang bertolak belakang dengan konsep pendidikan Islam ini dalam pendidikan Aqidah anak-anak kita, sebuah konsep yang dibangun di atas dasar yang bertentangan dan tidak ada titik pertemuannya sama sekali dengan konsep Islam, .

Namun ironinya, para pemerhati pendidikan kita tidak pernah mengadakan penelitian serius tentang bahaya kerancuan ini, sesungguhnya ini bukan hanya sekedar rancu, tapi sudah merupakan sebuah fenomena kemiskinan yang menyakitkan yang menyebabkan para pemerhati itu harus menutup kepala mereka dengan celana dan menjadikan dasi sebagai kaos kaki.

Ini adalah gambaran puncak kehinaan yang menyakitkan, yang menjadikan hati ini menjadi hina dan menghiba. Apa rahasia dan sumber kehinaan ini, ketahuilah rahasia itu tercermin dalam dua hal berikut ini :

Pertama, disiplin ilmu tarbiyah dan ilmu psikologi pendidikannya hari ini dibangun di atas eksperimen dan teori asing, yang mana Islam atau bangsa arab tidak memiliki kontribusi sama sekali, kecuali hanya sebagai plagiator dan penterjamah saja. Seharusnya para spesialis pendidikan Islam memiliki lembaga amanah yang mampu mengontrol dan menyaring setiap teori dan eksperimen asing, kalau tidak, maka ketergantungan pada teori dan eksperimen ini akan menjadi beban berat yang membuatnya tidak pernah melirik konsep pendidikan lain yang berada di luar zona aman dan nyaman mereka terhadap kosep pendidkan tersebut. Mereka tidak akan pernah berusaha untuk merubah kondisi ini, sekalipun di sana sini terdapat kerancuan dan pertentangan yang hebat.

Kedua, Sebagian besar ahli pendidikan kita tidak pernah terbuka pemikirannya sejak mereka bergaul dengan budaya barat, agama yang dalam pandangan kita memiliki kekuatan logika, namun dalam pandangan mereka yang salah disandarkan kepada penilaian dan timbangan agama yang dianut oleh barat. Nilai akhlaq yang menurut pandangan kita berdasarkan pada aqidah, berkaitan dengan hakikat alam semesta dan keimanan kita pada penciptanya, dalam pandangan mereka hanyalah merupakan dugaan yang lahir dari berbagai teori filsafaat yang saling bertentangan. Ketika mereka mengungkapkan kesucian akhlak Islami, maka mereka katakan sebagai “Taqalid” (tradisi), mereka dengan kata ini berusaha untuk membuat image kesucian absurd, sehingga ada kesesuaian antara akhlaq dan kata yang mereka buat-buat ini.

Seandainya mereka mau membuka lembaran Islam yang terpancar dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, mau melakukan studi mendalam terhadap sejarah Islam, gerakan pemikiran dan budaya Islam maka mereka akan melihat batas tegas antara filsafat nilai Islam dan barat, mereka pasti sampai kepada kesimpulan bahwa konsep pendidikan barat tidak mungkin diterapkan sebagai konsep pendidikan Islam, mereka yakin bahwa para ahli pendidikan seharusnya menemukan konsep pendidikan Islam yang valid dari peradaban Islam dan khazanahnya yang kaya, yang telah memberikan peradaban otentik dan kebahagiaan yang eksis dalam waktu yang cukup lama, mereka pasti akan tenggelam dalam studi dan penelitian, lalu menghasilkan sebuah disiplin ilmu pendidikan yang baru, yang berbeda sama sekali dengan teori dan eksperimen yang lalu, dengan karakter dan ciri yang bersesuaian dengan fitrah dan bangunan umat Islam.

Inilah dua fenomena besar yang menjadi rahasia permasalahan pendidikan kita, bahkan keduanya adalah rahasia butuhnya umat Islam kepada konsep pendidikan Islam yang otentik yang tumbuh dari alamnya, sejalan dengan nilai, tujuan dan prinsip-prinsip yang berkembang di dalamnya.

Kalau bukan karena dua hal ini, kita tidak akan bertanya-tanya dengan nada heran, mengapa perpustakaan Islam hari ini dipenuhi dengan buku-buku baru tentang kemukjizatan Al Quran, balaghah dan sastranya, namun kita tidak mendapatkan sama sekali buku-buku tentang metode pendidikan, konsep dan aplikasinya.

Jawabannya adalah, karena ahli bahasa arab dan sastra tidak memiliki bahan materi ilmu mereka kecuali dari Al Quran, gaya bahasa dan sejarahnya. Dengan ikatan mereka terhadap Al Quran mereka mendapatkan nilai lebih keistimewaan bahasa dan balaghahnya. Adapun ahli pendidikan kita tidak memilki bahan materi ilmu mereka kecuali dari teori ilmuwan pendidikan barat dan eksperimen mereka, peran mereka hanya sebagai penerjemah dan plagiator saja, sesekali mereka bisa menerjemahkan konsep pendidikan barat dengan baik, namun pada kali yang lain penerjemahan mereka hanya sekedar memamerkan kreasi yang dibuat-buat. Keterputusan mereka dari Al Quran dengan segudang disiplin ilmu menjadikan mereka sebagai importir dan bukan kreator konsep pendidikan, mereka tak ubahnya menyalakan lilin yang lemah di bawah pancaran sinar matahari yang menyengat.

Adalah anugerah yang sangat agung bagi kami, ketika Allah swt menanamkan ke dalam hati kami cinta Al Quran yang mulia ketika kami masih kanak-kanak, hati kami selalu berbunga-bunga ketika kami membacanya sekalipun saat itu bacaan kami masih belum sempurna, hanya sekedar membaca, tidak ada makna Al Quran yang kami tahu kecuali sangat sedikit. Adalah anugerah yang besar, dengan Al Quran kami bisa mendapatkan kosa kata bahasa arab dan nilai sastranya, kami juga merasakan keindahan balaghah dan seninya. Adalah anugerah yang besar, dengan Al Quran kami menjadi sangat tertarik untuk mempelajari syariat Islam dan ilmunya. Bahkan kami sampai kepada keyakinan bahwa yang membuat kuatnya keimanan kami kepada Allah dan hari akhir adalah Al Quran, yang membawa kami kepada pemikiran yang luas dan wawasan yang luas tentang manusia adalah Al Quran, yang melingkupi hati kami dengan ridha dan keadamaian adalah Al Quran dan sebaik-baik bahasa yang kami gunakan dalam munajah kami kepada Allah di waktu sahur adalah Al Quran.

Ketika kami mengambil spesialisasi ilmu pendidikan di fakultas bahasa arab universitas Al Azhar, kami mendapatkan kuliah dasar-dasar ilmu pendidikan dan psikolgi pendidikan, namun kami mendapati metode belajar mengajar yang dipakai telah menjatuhkan reputasi universitas ini. Kami bertanya-tanya, bukankah dosen-dosen ilmu pendidikan Al Azhar itu mampu menjabarkan konsep pendidikan dan dasar-dasarnya dari selain ilmuwan barat semisal herbert, dalton dan john dewei. Apakah kitab Allah itu sempit dan apakah sejarah peradaban Islam itu tidak mampu memberikan kepada mereka konsep dan metode pendidikan yang lebih layak dibandingkan dengan teori dan eksperimen barat yang tidak pernah tumbuh di bumi kita, yang diterapkan dengan logika mereka bukan logika akal kita, yang dibalut dengan kondisi kejiwaan yang tidak sama dengan kondisi jiwa kita.

Sejak saat itu kami berusaha untuk merenungi kitab Allah dengan cara pandang seorang ahli pendidikan sekalipun kami belum memiliki fasilitas yang memadai, dengan sebuah keyakinan bahwa kitab ini telah mentarbiyah generasi dahulu yang memiliki budaya, logika, jiwa dan tabiat yang berbeda-beda, namun dengan perbedaan itu justru Al Quran mampu menjadikan mereka jiwa yang satu.

Al Quran ini seharusnya menjadi poros bagi prinsip-prinsip dakwah dan metode tarbiyah mereka yang berdiri di atas prinsip-prinsip dasar tarbiyah yang sangat indah, hal ini tidak akan bisa disingkap kecuali oleh orang-orang yang benar-benar memiliki kemauan untuk mengkaji kitab ini dengan kajian yang serius dan menyeluruh, lalu berusaha dengan tulus untuk mengambil, menyusun dan meletakkannya dalam kerangka yang jelas dan benar.

Sebagaimana kami katakan, sekalipun bekal pengalaman dan ilmu tarbiyah kami hanya sedikit, perenungan ini membawa kami kepada konsep tarbiyah unik di dalam kitab Allah swt. Kami melihat bahwa Al Quran yang penuh mujizat ini, memiliki sarana untuk mengambil hati manusia dan menyampaikan hakikat kebenaran ke dalam akalnya, yang membuat dahi para pemikir dan ilmuwan mengkerutkan dahi mereka.

Kami yakin, bahwa yang kami ketahui dalam hal ini tidak lebih hanyalah seperti riak kecil di lautan ilmu, medan ini sebenarnya bukan medan kami, tapi medan juang setiap orang yang memiliki spesialisasi ilmiah dalam bidang tarbiyah dan dasar-dasarnya. Kitab yang kami bicarakan ini tidaklah seperti kitab-kitab lain yang sering anda lihat, ia adalah lautan yang kaya jika anda selalu membuka mata bashirah dan ilmu, ilmu ini akan melahirkan khazanah ilmu-ilmu lain yang sangat dhasyat dan menakjubkan.
Sekalipun begitu, kami berusaha menjaga riak kecil dari lautan ilmu itu, mengabadikannya dalam buku kecil ini, sehingga buku ini menjadi sebab bagi beralihnya perhatian para pakar tarbiyah pada kitab Allah yang menyimpan banyak ilmu yang bagaikan bintang indah dan agung.

Semoga dengan didorong oleh keihklasan mereka, spesialisasi mereka dalam disiplin ilmu tarbiyah, dan kondisi hati mereka yang bersih dari dorongan agama dan ideologi lain, mereka berhasrat untuk mendekat kepada kitab Allah yang agung, dengan membaca, mengkaji dan mendalaminya dengan serius. Semoga mereka berhenti untuk membebek di belakang teori dan ekspermen asing, yang mana mereka telah lama menggantung kepadanya dalam spesialisasi ilmiah mereka, dengan menganalisa dan mengagungkannya, lalu mereka tergerak berkreasi menemukan dasar-dasar dan konsep baru dalam disiplin llmu tarbiyah, dari kitab Allah yang penuh dengan khazanah ilmu yang selalu mengalir, sehingga mereka memiliki tempat terhormat di hati masyarakat, dan mendapatkan pahala agung di sisi Allah swt.

Dan semoga kami dalam kerja besar ini, memiliki peran kecil untuk menyemangati mereka, dan mendapatkan bagian pahala seperti mereka, sebagaimana sabda Rasulullah saw :


« مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ». (رواه مسلم)
“Barang siapa yang menunjukkan seseorang jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala kebaikan orang tersebut yang mau melakukannya.” (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar