Minggu, 05 Agustus 2012

Zakat FITRAH atau Zakat FITRI

Mungkin selama ini, sebagian dari kita ada yang beranggapan, bahwa istilah “zakat fitrah” itu salah, dan satu-satunya istilah yang benar adalah “zakat fitri“…

Setelah merujuk ke kitab-kitab para ulama terdahulu, penulis berkesimpulan bahwa anggapan di atas, perlu di koreksi kembali… Karena ternyata istilah itu telah dipakai oleh ulama islam terdahulu…

Berikut kami nukilkan ucapan para ulama’ yang memakai istilah ini:

1. Imam Waki’ ibnul Jarroh -rohimahulloh- (wafat 197 H):

زكاة الفطرة لشهر رمضان، كسجدة السهو للصلاة، تجبر نقصان الصوم كما يجبر السجود نقصان الصلاة

Zakat fitrah untuk bulan romadlon itu seperti sujud sahwi untuk sholat, ia bisa menutupi kekurangan dalam puasa sebagaimana sujud sahwi bisa menutupi kekurangan dalam sholat. (mugnil muhtaj 1/592)

2. Imam Syafi’i -rohimahulloh- (wafat 204 H) mengatakan:

وتجب الصدقة على كل مالك تام الملك من الأحرار، وإن كان صغيرا أو معتوها أو امرأة، لا فرق بينهم في ذلك، كما تجب في مال كل واحد منهم ما لزم ماله بوجه من الوجوه جنايةٌ أو ميراثٌ أو نفقةٌ على والد أو ولد زمن محتاج، وسواء ذلك في الماشية والزرع وزكاة الفطرة

Zakat itu diwajibkan atas setiap orang merdeka yang hak miliknya sempurna, meski ia kecil atau tidak sempurna akalnya atau perempuan, mereka tidak ada bedanya dalam masalah ini. Begitu pula diwajibkan pada harta mereka, apapun yang diwajibkan pada harta orang itu (yakni orang merdeka yang sempurna hak miliknya), baik itu berupa denda, warisan, ataupun nafkah untuk orang tua, atau (nafkah untuk) anak yang sakitnya menahun dan membutuhkan harta. Dan baik itu dalam zakat hewan, zakat tumbuhan, ataupun zakat fitrah. (Mukhtashor Muzani 66, Al-Hawi fi Fiqhisy Syafi’i 3/152)

3. Ats-Tsa’labi -rohimahulloh- (wafat: 427 H):

ـ(فمن لم يستطع) الصيام، وعدمُ الاستطاعة مثلُ أن يخاف من الصوم لعلة أو لحوق ومشقّة شديدة ومضرّة ظاهرة، (فإطعام ستين مسكيناً) لكلّ مسكين مدّ من غالب قوت بلده، والخلاف فيه بين الفريقين كالاختلاف في زكاة الفطرة

Barangsiapa (dalam masalah zhihar) tidak mampu (menebusnya dengan) puasa, -tidak mampu itu seperti takut puasa, karena sakit, atau bisa jatuh sakit, atau menjadi sangat berat dan sangat berbahaya bagi dirinya- maka ia boleh menebusnya dengan memberi makan 60 orang miskin, jatah setiap orang miskinnya satu mud dari makanan pokok kebanyakan orang di daerahnya. Dan khilaf diantara dua kelompok dalam masalah ini, seperti khilaf mereka dalam masalah zakat fitrah. (tafsir ats-Tsa’labi 9/256)
4. Al-Mawardi -rohimahulloh- (wafat 450 H):

اعلم أنه يقال زكاة الفطر وزكاة الفطرة، فمن قال زكاة الفطر أوجبها بدخول الفطر، ومن قال زكاة الفطرة، فأوجبها على الفطرة، والفطرة: الخلقة

Ketahuilah bahwa ia bisa disebut dengan istilah “Zakat Fitri” dan “Zakat Fitrah“. Orang yang mengatakan zakat fitri, ia mewajibkannya dengan masuknya hari berbuka, sedang yang mengatakan zakat fitrah, ia mewajibkannya atas “fitrah“, maksud kata “fitrah” di sini adalah penciptaan. (al-Hawi 3/348)

5. Al-Ghozali -rohimahulloh- (wafat 505 H) :

وأما زكاة الفطرة، فوقت وجوبها استهلال شوال، ويجوز التعجيل إلى أول رمضان

Adapun awal wajibnya Zakat Fitrah, itu dari masuknya Bulan Syawal, dan boleh diajukan hingga awal Bulan Romadlon. (Al-Wasith 2/447)

6. Ibnu Qudamah -rohimahulloh- (wafat 620 H)

وزكاة الفطرة تجب على البدن

Zakat Fitrah itu diwajibkan atas badan. (al-Mughni 4/303)

7. Imam Nawawi -rohimahulloh- (wafat 676 H):

يقال للمخرج فطرة -بكسر الفاء لا غير-، وهي لفظة مولدة لا عربية ولا معربة بل اصطلاحية للفقهاء، فتكون حقيقة شرعية على المختار، كالصلاة والزكاة
Sesuatu yang dikeluarkan (pada zakat fitri) disebut (dengan istilah) “fitrah” -dengan harokat kasroh pada huruf fa’nya, tidak dengan harokat lainnya-, istilah ini termasuk istilah yang muwalladah, ia bukan dari bahasa arab, bukan pula dari kata serapan. Tapi ia merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli fikih, sehingga menurut pendapat yang kami pilih, ia termasuk dalam kategori hakekat syar’iyah, sebagaimana kata sholat dan zakat. (al-Majmu’ 6/61)

8. Al-Fayyumi -rohimahulloh- (wafat 770 H):

وقولهم تجب الفِطْرَةُ هو على حذف مضاف، والأصل تجب زكاة الفِطرَةِ، وهي البدن، فحذف المضاف وأقيم المضاف إليه مقامه، واستغني به في الاستعمال لفهم المعنى
Perkataan mereka “diwajibkan Fitrah” maksudnya adalah dengan membuang kata mudhofnya. Asal kalimat itu adalah “diwajibkan Zakat Fitrah” yakni (zakat) badan, lalu dibuang kata mudhofnya (yakni kata zakat) dan diletakkan mudhof ilaihnya (yakni kata fitrah) sebagai gantinya, dan dalam prakteknya cukup dipakai kata fitrah karena maknanya sudah dipahami. (al-Misbahul Munir 388)

9. Abu Bakar al-Husaini al-Hushoni asy-Syafi’i -rohimahulloh- (wafat 928 H):

يقال لها زكاة الفطر لأنها تجب بالفطر ويقال لها زكاة الفطرة أي الخلقة يعني زكاة البدن لأنها تزكي النفس أي تطهرها وتنمي عملها
Zakat ini disebut dengan istilah “Zakat Fitri”, karena diwajibkan dengan (masuknya hari) berbuka. Ia juga disebut “Zakat Fitrah“, yang berarti penciptaan, maksudnya adalah zakat badan, karena ia mampu membersihkan dan menyucikan jiwa, serta mengembangkan amalannya. (Kifayatul Akhyar 273)

Dan masih banyak lagi, para ulama lainnya yang menggunakan istilah “Zakat Fitrah” ini… Semuanya menunjukkan bahwa pemakaian istilah tersebut adalah benar… Memang istilah yang disebut dalam nash-nash hadits adalah istilah “zakat fitri” dan “sedekah fitri”, tapi bukan berarti istilah “zakat fitrah” itu salah… wallohu a’lam.

Dari kitab-kitab yang penulis telaah, terkumpul banyak istilah untuk zakat ini, diantaranya: “zakat fitri”, “sedekah fitri”, “zakat fitrah”, “zakat badan”, “zakat nafs”, dan “zakat ro’s”.

Sumber : http://addariny.wordpress.com/2010/01/05/zakat-fitri-atau-zakat-fitrah-mana-yg-benar/